Rabu, 23 Desember 2020

UTS PARIWISATA 2

 Luthfi Chanafiah Pasha

13618859

3SA04

1.      Comparative and Superlative

Comparatives

One way to describe nouns (people, objects, animals, etc.) is by comparing them to something else. When comparing two things, you’re likely to use adjectives like smaller, bigger, taller, more interesting, and less expensive. Notice the ‑er ending, and the words more and less.

Example:

o   I'm feeling happier now.

o   New York is much bigger than Boston.

o   Everything is getting more and more expensive.

Superlatives

When comparing more than two things, you’ll likely use words and phrases like smallest, biggest, tallest, most interesting, and least interesting. Notice the ‑est ending and the words most and least

Example:

o   Everest is the highest mountain in the world.

o   That’s the best film I have seen this year.

o   She is the friendliest person I know.

 

2.      Connected Speech

Connected speech or connected discourse, in linguistics, is a continuous sequence of sounds forming utterances or conversations in spoken language. Analysis of connected speech shows sound changes affecting linguistic units traditionally described as phrases, words, lexemes, morphemes, syllables, phonemes or phones. The words that are modified by those rules will sound differently in connected speech than in citation form (canonical form or isolation form).

 

Example:

o   I’m gonna go now. / I’m going to go now.

o   I wanna buy these cars. / I want to buy these cars.

o   We will beat ‘em tonight. / we will beat them tonight.

 

3.      Word Stress

Word stress is the emphasis we place in a specific syllable of a word when pronouncing it. In English words that have more than one syllable, we usually don’t pronounce every syllable with the same weight, so each syllable in a word can be stressed or unstressed.

Stress is usually represented in the phonemic chart and transcription by the symbol /ˈ/ placed before the stresses syllable. In words that have secondary stress, we include the symbol /ˌ/ before the appropriate syllable (e.g.  everybody: /ˈev.riˌbɒd.i/).

Example:

o   basketball /ˈbɑːskɪtbɔːl/

o   uncomfortable/ʌnˈkʌmftəbl/

o   anxiety/æŋˈzaɪəti/

 

4.      Adverbs of Frequency

An adverb of frequency describes how often an action happens. There are six main adverbs of frequency that we use in English: always, usually (or normally), often, sometimes, rarely, and never. 





 

 

Sabtu, 02 Mei 2020

Puisi


If I Were An Animal
If I were an animal, I’d be a bird
I’d fly to all the places that I want
I’d like to have big eyes of a hawk
The flying ability of an eagle
And I’d like to be beautiful like the flamingo
And I’d like to be a weird and paradoxical bird
Which would be scary and still makes people comfortable and happy


Cinta itu
Cinta itu bisa membutakan pikiran dan perasaan
Cinta itu bisa membuat sesorang gila
Itu hal bodoh yang disebut cinta bisa membuat seseorang tersesat dalam luka hati
Sedalam lautan terdalam yang pernah ada
Rasa cinta akan terus terpendam lama
Seperti lamanya kapal Titanic yang terpendam didalam lautan Samudra Atlantik
Tapi apakah cinta itu seindah cintanya Cinta kepada Rangga pada film AADC?
Nampaknya tidak, tidak tahu? Atau tidak menyadarinya karna itu membutakan
Cinta itu aneh
Terkadang orang yang tidak cinta bisa menjadi cinta
Yang tadinya cinta bisa makin cinta lagi, atau
Bahkan bisa membuat tidak cinta lagi
Kadang seseorang akan beruntung terhadap hal itu, terkadang tidak
Sampai kapan cinta itu akan menjeleskan dan mengklarifikasi hal tersebut?


Hati
Mungkin ada benarnya semua akan lebih sederhana
Ketika hati jatuh pada tangan yang benar
Tapi apakah kau menyadari bahwa kau itu keliru
Yang berharga tidak akan pernah mudah apalagi sederhana seperti rumah makan
Tidak sesederhana kita bercengkerama diatas awan yang biru mengiasi alam
Bicara tentang mimpi diatas langit yang mendengar
Tapi apakah langit mendengar?
Rusak bukan berarti tidak bisa sempurna kembali
Banyak tangan manusia yang mahir dalam memperbaiki
Namun tidak banyak tangan yang mahir memperbaiki luka hati
Tidak banyak atau mungkin tidak ada sama sekali
Berdoa lah jika tidak ada yang bisa memperbaiki
Tuhan pasti akan dan bisa
Kau harus tau itu

Minggu, 19 April 2020

Olah Rasa


Jadi ini adalah gambar sebuah denah atau peta daerah Senayan, Jakarta Selatan. Terlihat jelas ada Stadion kebanggaan masyarakat Indonesia, yaitu Gelora Bung Karno Stadium, dan ada gedung yang bersejarah karena telah terjadinya reformasi 98, yaitu gedung MPR/DPR RI. Akan tetapi, dikarenakan saya tinggal didaerah Pasar Minggu, maka dari itu nama jalan, nama tempat makan, nama rumah sakit sampai tempat perbelanjaan mewah saya ganti namanya menjadi “Pasar Minggu”. Bukan hanya itu saja, saya memparodikan nama gedung DPR untuk kritikan pedas untuk anggota dewan tercinta karena usaha dalam kerjanya yang sangat begitu berpengaruh kepada warga negara Indonesia.
Kenapa saya memilih untuk menggambarkan sebuah denah atau peta Senayan? Karena saya cukup kagum apa yang telah pemerintah daerah buat untuk warganya. Perasaan saya cukup senang dan excited. Walaupun cukup bingung untuk menggambar sebuah denah dan ada beberapa kesalahan dalam menggambar ini.

Jumat, 10 April 2020

Olah Sukma


Perjalanan Hidup Selama 20 Tahun Berada di Bumi
Perjalanan hidup saya dimulai pada hari jumat, 19 November 1999, hari, bulan dan tahun dimana saya dilahirkan dan berada dibumi. Tahun 2020 adalah tahun yang akan menjadi tahun ke-21 saya berada dibumi. Walaupun baru hampir 21 tahun, perjalanan hidup saya berlika-liku, diatas dan dibawah. Semasa kecil saya tinggal disebuah kontrakan kecil, tetapi saya sangat dimanjakan oleh kedua orang tua saya, everything that i wanted, they gave me all of them. Akan tetapi masa kecil saya dihabiskan bersama nenek saya, dikarenakan kedua orang tua saya kerja untuk mencari nafkah. Dan dampak buruknya adalah saya susah untuk ngomong lancar dan menjadi cadel, karena saya jarang diajak untuk berbicara pada masa balita. Saya selalu diajak oleh nenek saya kepasar untuk membeli kebutuhan nenek saya sebagai pahlawan tanda jasa “penjahit”.
Pada tahun 2005/2006, orang tua saya mendapatkan rezeki dan memutuskan untuk membeli sebuah rumah yang hanya berjarak 1 km dari kontrakan kecil yang pernah ditinggali oleh saya dan orang tua saya. Sekian tahun berlalu sampai dimana mama saya berhenti bekerja karena mengandung adik saya.  Tahun 2007, tepat setahun atau dua tahun tinggal dirumah baru, kami mendapatkan bencana alam yang tak terduga. Tahun 2007 dimana DKI Jakarta dilanda banjir bandang yang terparah yang pernah terjadi di Jakarta. Namun pada saat kejadian, saya sekeluarga lagi tidak berada dirumah, melainkan berada dirumah eyang saya di Tangerang.
Akan tetapi, musibah tersebut membawa berkah buat orang tua saya, karena beberapa bulan setelah bencana tersebut, orang tua saya dapat kesempatan untuk membuat kontrakan, membeli tanah dan membangun rumah. Kehidupan orang tua saya dan saya tidak stabil kadang berada diatas kadang berada dibawah, itulah roda kehidupan. Pernah merasakan hanya makan pakai nasi + kerupuk + kecap manis beberapa kali dikarenakan kondisi perekonomian orang tua saya yang tidak stabil.
Pada tahun tersebut, papa saya merupakan pns baru dimana gaji masih kecil, bahkan sering kali papa saya jalan kaki beberapa kilometer dari rumah kejalan besar untuk naik bis kekantornya. Untuk mengirit duitnya, papa saya sering puasa dan pulang jalan kaki dari halte transjakarta di pertanian sampai kerumah saya yang berjarak kurang lebih ±5 km. Bukan hanya disitu saja, untuk menstabilkan perekonomian keluarga, mama saya rela menjual kontrakannya karena kebutuhan yang sangat mendesak. Dan orang tua saya dan saya bisa keluar dari masa-masa tersebut.
Pada tahun 2012, saya melanjutkan pendidikan saya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saya berhasil keterima disalah satu SMPN favorit didaerah rumah saya. Masa pra remaja saya di SMP tidak terlalu buruk, walaupun lingkungan atau circle teman-teman saya pada rusak dan buruk. Karena mama saya selalu berusaha mengingatkan kepada saya “mas, mama hanya ingin dateng kesekolah kamu karena dua hal; ambil rapot atau ada rapat, dan itu hanya rapat penting. Selain itu mama tidak mau, kalo misalkan kamu kena masalah, panggil orang lain aja” kata-kata itu masih membenak didiri saya, karena telah menselamatkan masa pra remaja dan remaja saya.
Saat SMP dimana saya mengenal ‘cinta’ yang membuat nilai saya turun, pacaran, jalan, dan segala macamnya yang membuat saya lebih mementingkan itu dari pada pelajaran. Akan tetapi, perlahan demi perlahan saya bisa menaiki nilai-nilai saya.
Dan pada 2015 akhirnya saya bisa diterima disalah satu SMAN favorit di Jakarta. Lingkungan dan pergaualan SMA sangatlah keras dan buruk. Awal masuk SMA, setiap hari pulang malem karena nongkrong dan main segalanya. Sampai orang tua saya kesal dan marah terhadap perilaku dan sikap saya yang berubah dan ingin keluar rumah dan selalu pulang malem. Pada puncak terjadi ketika beberapa bulan berada dibangku kelas 10, saya dipaksa untuk nongkrong hingga larut malam oleh senior saya di SMA. Ketika saya pulang papa saya sudah kesal dan terlihat ingin mukul saya, namu beliau tidak bisa memukul saya karena suatu hal.
Dari kejadian itu saya tidak kapok dan mengulanginya lagi. Tapi kali ini saya ada acara angkatan SMA saya yaitu malem keakraban (MAKRAB). Dari awal mama saya sudang mengwanti-wanti agar tidak pulang lebih dari jam 8 malam, tapi saya hiraukan. Dan saya pulang sampai rumah jam 2 dini hari setelah selesai acara. Ketika saya ingin masuk kerumah, mama saya tau saya pulang sangat malem. Dan akhirnya saya tidak boleh masuk kerumah alias dikunciin dari dalam. Kemudian saya kerumah temen saya yang berjarak 7-8 km untuk numpang tidur sampai subuh tiba. Saat subuh tiba saya kembali kerumah dan meminta maaf atas kesalahan saya terhadap mama saya.
Kebetulan pada saat itu papa saya sedang dinas diluar kota. 3 tahun di SMA, saya tidak menemukan support system alias pasangan, tetapi saya mempunyai sahabat-sahabat saya yang sangat peduli dengan saya dan selalu ada buat saya. Ketika saya kelas 12, saya belajar giat supaya mendapatkan PTN yang saya inginkan, akan tetapi saya tidak mendapatkanya.
Moment kebahagiaan menurut saya adalah ketika saya bisa pergi liburan dengan keluarga saya. Karena itu adalah hal yang sangat jarang, mengingat papa saya adalah seorang PNS yang setiap berapa hari sekali harus dinas keluar kota.
Moment yang paling menyedihkan dan yang membuat saya totally down adalah ketika saya tidak diterima disemua PTN yang saya pilih. Kenapa? Karena saya bukan hanya mengecewakan diri saya sendiri, akan tetapi saya mengencewakan kedua orang tua saya yang sudah bersusah payah membimbelkan dan memberi semua dana untuk mengikuti test tersebut. Saya sangat down tidak bisa berkata-kata dan melakukan aktifitas seperti biasanya pada saat itu. Dan orang tua saya tidak terima kalo saya tidak berhasil diterima disalah satu PTN yang saya inginkan. Butuh waktu seminggu untuk orang tua saya menerima semuanya.
Moment menyeramkan yang saya pernah alami adalah saat saya pulang liburan dari Jogja bersama keluarga menggunakan mobil. Ketika saya mengendarai mobil pada jam 12 malem dengan rasa lelah dan mengantuk, menyebabkan saya tidak fokus membawa mobil dan terjadi lah sempretan dengan mobil lain. Kenapa menyeramkan? Karena saya membawa orang tua dan adik saya, saya tidak habis pikir jika saya banting stir apa yang akan terjadi. Tetapi alhamdulilah Allah swt. masih melindungi kami sekeluarga.
Dan kehidupan didunia perkuliahan belum terlalu banyak apa yang saya alami. Tapi yang saya pelajari adalah berpikir kritis itu penting karena merupakan fundamental dari seseorang. Masih banyak yang harus saya pelajari selama di dunia perkuliahan, sebelum saya merasakan ‘dunia’ sebenarnya setelah lulus kuliah.